Kamis, 23 April 2009


Ini Bukan Jaman Siti Nurbaya


”Siti Nurbaya, seorang gadis belia, terpaksa menikah dengan tuan tanah tua bernama Datuk Maringgi. Hanya karena terlilit bunga hutang yang tinggi, kedua orang Siti rela menggadaikan kebebasan anaknya.”



Inilah sepenggal kisah dari Tanah Minang yang dapat menggambarkan ketidakberdayaan wanita pada jaman itu. Saat itu, sosok wanita hanya menjadi nomor dua setelah laki-laki. Wanita itu dianggap lemah, bodoh, tidak dapat berdiri sendiri, dan harus selalu tunduk kepada suami. Orientasi pekerjaan merekapun identik dengan dapur dan segala urusan rumah tangga lainnya. Kurang lebih itulah hal-hal yang melekat dalam diri seorang wanita. Orang-orang jaman dulupun hanya ”enggeh” saja mendapat opini tersebut. Hal ini tentu saja dikarenakan kurangnya pendidikan di masa itu untuk sosok wanita.


Beruntunglah Indonesia memiliki seorang pahlawan wanita seperti R.A. Kartini yang dengan ide-ide briliant dan keberaniannya menentang jaman telah berhasil mendobrak tembok penghalang wanita untuk maju. Dan seperti yang telah kita ketahui, berkat keteguhan beliau dalam menggeluti bidang pendidikan yang diantaranya adalah membuat sebuah buku ”Habis Gelap Terbitlah Terang” serta membangun sekolah dimana wanita diberikan kesempatan untuk dapat mengenyam pendidikan, berhasil menuntun kaum yang tadinya dikenal lemah itu ke dalam suatu era baru yang kita kenal dengan era emansipasi wanita.


Sejak gaung emansipasi wanita bergema, kaum wanita mulai belajar dan mengapresiasikan dirinya. Kemajuan ini dirasakan bukan hanya di bidang pendidikan saja, namun telah berkembang ke segala bidang. Hal ini pada akhirnya berdampak pada wanita yang semakin lama semakin menjadi sosok yang mandiri. Sebagian besar pekerjaan yang dulunya hanya dikerjakan dan dikuasai oleh kaum pria saja sekarang bisa dimasuki oleh kaum wanita, seperti supir busway, engineer, dan bekerja di sektor perminyakan. Contoh lain yang paling jelas dapat kita lihat ada pada Ibu Megawati Soekarnoputri yang pernah menjabat sebagai ”orang nomor satu” di negeri ini. Bukan merupakan hal yang aneh bila wanita modern lebih memilih untuk membangun karirnya dibanding menjadi ibu rumah tangga. Apalagi didorong dengan keadaan ekonomi saat ini, dimana banyak keluarga yang keadaan finansialnya tidak cukup hanya mengandalkan penghasilan suami saja.


Seiring perkembangan jaman, pola pikir yang berubah otomatis juga akan merubah gaya hidup wanita tersebut. Pada akhirnya, hal-hal praktis dan simple-lah yang lebih diminati guna mempermudah terpenuhinya segala kebutuhan mereka. Seperti memakai jasa baby-sitter untuk merawat anak selama bekerja sudah merupakan hal yang biasa. Begitupun dengan urusan pernikahan, banyak wanita modern yang lebih mempercayakan segala urusan pernikahan mereka, mulai dari hal-hal yang besar sampai kepada hal-hal yang kecil, kepada jasa wedding organizer (WO). Selain praktis dan simple kebanyakan wanita yang sudah mempunyai penghasilan sendiri jauh akan merasa lebih percaya diri. Ditambah dengan pengalaman yang mereka alami di dunia kerja membuat kemampuan analisis mereka terhadap suatu masalah menjadi semakin tajam.


Pada akhirnya kenyataan ini akan semakin membuka pola pikir wanita untuk terus mengembangkan potensi dirinya guna menghadapi tantangan jaman. Partisipasi dan kreatifitas para wanita sungguh dibutuhkan untuk bersama-sama membangun Indonesia kearah yang lebih baik.

General Manager

Extraordinary@Nv Wedding Organizer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar