Sabtu, 11 Juli 2009

PLURALISME di Indonesia


Pertanyaan :
1. Bagaimana pendapat Anda tentang pluralisme?
2. Sebutkan kendala-kendala pluralisme di Indonesia!

Jawaban :
1. Menurut pendapat saya, perbedaan itu baik adanya. Perbedaan tersebut malah memperkaya kita. Perbedaan tersebut menyebabkan adanya warna-warna dalam kehidupan ini. Dan untuk menyikapinya, sikap yang dibutuhkan adalah sikap pluralisme yakni menghargai dan memandang agama lain sebagai agama yang baik dan sama-sama memiliki jalan keselamatan. Sikap pluralisme bisa kita jadikan sebagai alat untuk memahami Allah yang diilhami oleh agama masing-masing karena dengan kita memahami kepercayaan orang lain, kita bisa belajar untuk menemukan dasar yang sama dari semua agama yang berbeda-beda. Dan dasar yang sama itulah yang dapat kita gunakan untuk menjadi landasan hidup bersama secara damai dan bertoleransi satu sama lainnya. Agama yang berbeda membuat kita bisa melihat bagaimana agama lain bersikap terhadap Tuhannya, bagaimana mereka menyembahnya, cara beribadahnya, dll. Hanya saja banyak kendala yang menentang adanya pluralisme di Indonesia, atau bahkan di seluruh dunia. Banyak yang salah dalam mempersepsikan perbedaan itu sehingga yang terjadi adalah kesalah-pahaman yang berujung pada pertengkaran atau tindakan kekerasan seperti pembongkaran gereja atau perusakan masjid yang tidak diketahui siapa pelakunya. Nah, sikap-sikap inilah yang perlu dihilangkan. Kita perlu belajar lebih lagi bagaimana caranya menghormati perbedaan itu, memahami pluralisme dengan pikiran yang lebig terbuka, dan saling bertoleransi satu sama lain sehingga pada akhirnya perbedaan itu tidak lagi menjadi salah satu rintangan terjadinya persatuan namun menjadi kekayaan yang dimiliki oleh bangsa ini.


2. Kendala-kendala pluralisme di Indonesia menurut pendapat saya adalah:
1. Sikap etnosentrisme: adalah sikap yang mengganggap bahwa budaya/agamanyalah yang paling baik, paling benar, dan paling tinggi dibanding dengan kebudayaan/agama-agama yang lain.
2. Fanatik: adalah sikap etnosentrisme yang terlalu berlebihan sampai-sampai berujung pada tindakan kekerasan atau pengrusakan, seperti merusak rumah ibadat agama lain.
3. Adanya profokator. Profokator memecah belah persatuan yang sudah terjadi dengan mengatakan hal-hal yang buruk mengenai agama lain/menghasut ke2 belah pihak sampai mereka bertengkar dan keinginan sang profokator, entah itu berhubungan dengan tujuan politiknya, dll tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar